Sulak

Isaac Babel

Pasukan Gulay sudah dihancurkan di provinsi Vinnitsa pada 1922.1 Kepala stafnya adalah Adrian Sulak, seorang guru sekolah desa. Sulak berhasil menyeberangi perbatasan Galicia, dan tak lama kemudian surat kabar melaporkan kematiannya. Enam tahun setelah itu, kami mendengar bahwa Sulak masih hidup dan bersembunyi di Ukraina. Aku dan Chernishov ditugasi melacaknya. Kami berangkat ke Khoshchevatoye, desa asal Sulak, dengan surat-surat identitas yang menyebutkan kami sebagai ahli peternakan. Ketua dewan desa ternyata mantan prajurit Tentara Merah; ia baik dan blak-blakan.

“Kalian beruntung jika bisa mendapatkan seguci saja susu di tempat ini,” katanya kepada kami. “Di Khoshchevatoye ini orang diganyang hidup-hidup, sampai kulit dan tulangnya.”

Chernishov bertanya di mana kami bisa bermalam, sambil menggiring bahwa kalau bisa di tempat tinggal Sulak.

“Itu ide bagus,” kata ketua dewan. “Jandanya tinggal di sana sekarang.”

Ia mengantar kami ke pinggiran desa, ke sebuah rumah dengan atap seng. Di dalam rumah kami menemukan seorang perempuan kerdil mengenakan blus putih kedodoran sedang duduk di depan tumpukan karung goni. Dua bocah lelaki berjaket panti asuhan duduk dengan kepala tertunduk pada buku. Seorang bayi berkepala putih bengkak tidur di buaian. Rumah itu beku seperti biara.

“Kharitina Terentevna,” kata ketua dewan ragu-ragu. “Aku ingin tamu-tamu yang baik ini menginap di sini.”

Perempuan itu menunjukkan kamar, lalu kembali ke tumpukan karungnya.

“Janda ini tidak bakalan menolak kalian,” kata ketua dewan ketika kami keluar. “Dia sedang kesulitan.”

Sambil mengamati sekeliling, ketua berbisik bahwa Sulak dulu bergabung dengan nasionalis Ukraina, tapi sekarang ia berpihak ke kubu Paus dari Roma.2

“Apa? Suaminya menyeberang ke Paus dan istrinya melahirkan anak setiap tahun?”

“Begitulah hidup,” kata ketua. Dia melihat tapal kuda di jalan dan memungutnya. “Jangan terkecoh hanya karena janda itu kerdil—ia punya susu cukup untuk lima anak. Bahkan perempuan-perempuan lain datang kepadanya minta susu.”

Di rumahnya ketua dewan menggoreng telur dengan lemak babi, dan mengeluarkan beberapa botol vodka. Ia mabuk, dan naik ke bangku di dekat pediangan untuk tidur. Kami mendengar bisik-bisik dan tangisan bocah.

“Hannochka, aku janji,” bisik tuan rumah kami. “Aku janji besok aku akan menemui Bu Guru.”

“Diamlah kalian,” teriak Chernishov yang berbaring di sampingku. “Kami ingin tidur barang sejenak!”

Ketua dewan yang kusut itu mengintip dari bangku pediangan. Kerah kemejanya tidak dikancingkan dan kaki telanjangnya menjuntai.

“Bu Guru membagikan kelinci untuk pembibitan di sekolah,” kata ketua dengan nada minta maaf. “Ia memberi kami kelinci betina, tapi tidak ada kelinci jantan. Jadi kelinci betina itu sendirian, dan kemudian datang musim semi, dan ia lari ke dalam hutan. Begitulah hidup.”

“Hannochka!” ketua tiba-tiba beralih ke anak gadisnya. “Aku akan menemui Bu Guru besok dan membawakanmu sepasang, dan kita akan membikin kandang untuk mereka.”

Ayah dan putrinya itu bercakap lama di bangku pediangan, dan ia berulang kali membentak, “Hannochka!” Kemudian si ketua tertidur. Di sampingku, Chernishov berbaring gelisah di kasur jerami.

“Ayo ke sana sekarang,” katanya.

Kami bangun. Bulan bersinar, langit jernih tanpa awan. Genangan air tertutup lapisan es. Batang-batang jagung tegak berjajar di kebun Sulak, yang dipenuhi rumput liar dan timbunan besi tua. Ada kandang ternak di samping kebun. Ada suara gerisik dari sana. Dan ada cahaya berpendar dari celah papan. Chernishov merayap ke pintu kandang, mendobrak dengan bahunya, dan kuncinya terlepas. Kami masuk dan melihat sebuah liang menganga di tengah kandang, dan seorang pria sedang duduk di dasar liang. Di tepi liang, perempuan kerdil itu berdiri dengan blus putihnya, di tangannya semangkuk sup.

“Halo, Adrian,” kata Chernishov. “Waktunya makan, ya?”

Si kerdil menjatuhkan mangkuk dan menghambur ke arahku dan menggigit tanganku. Giginya terkatup rapat dan ia mengerang dan menggigil. Sebuah tembakan datang dari liang.

“Adrian!” Chernishov berteriak dan meloncat ke belakang. “Kami akan menangkapmu hidup-hidup!”

Di liangnya, Sulak memutar baut senjatanya. Bunyi klik terdengar.

“Aku sudah bicara baik-baik kepadamu,” Chernishov berkata, lalu menembak.

Sulak tersungkur ke dinding kayu kuning, mencakari dinding itu, darah mengalir dari mulut dan telinganya, dan roboh.

Chernishov berjaga. Aku berlari menjemput ketua dewan. Kami mengangkut mayat malam itu juga. Anak lelaki Sulak berjalan di samping Chernishov di jalanan becek yang berkilau samar. Kaki mayat itu, dengan sepatu Polandia yang solnya baru diperbaiki, menjulur keluar dari bagian belakang gerobak. Si kerdil duduk kaku dekat kepala suaminya. Wajahnya, dengan tulang-tulang yang mencuat, tampak seperti logam di bawah remang cahaya bulan. Si bayi tidur di lututnya yang mungil.

“Banyak susu!” kata Chernishov tiba-tiba, di tengah jalan. “Akan kutunjukkan kepadamu apa itu susu.”


*) Diterjemahkan oleh A.S. Laksana, dari versi Inggris terjemahan Peter Constantine, dalam The Complete Works of Isaac Babel.

Catatan:

  1. Jenderal Diomid Gulay adalah pemimpin Gerakan Pembebasan Ukraina. Vinnitsa adalah nama daerah di bagian barat Ukraina Tengah.
  2. “Paus dari Roma” merupakan sebutan untuk kelompok partisan Polandia, yang beragama katolik, berbeda dari partisan Ukraina yang Ortodoks Rusia.

Isaac Babel (1894-1940) adalah penulis Rusia awal abad ke-20. Cerita-ceritanya pendek, padat, dan kuat. Salah satu bukunya berjudul Red Cavalry, berisi cerita-cerita yang ditulis berdasarkan pengalamannya ikut pasukan kavaleri Tentara Merah saat perang Rusia-Polandia. Babel dikenal karena keberaniannya menulis hal-hal yang dianggap sensitif oleh pemerintah saat itu. Ia ditangkap oleh polisi rahasia Uni Soviet (NKVD) di masa Joseph Stalin dan dieksekusi pada 1940. Tulisan-tulisannya baru benar-benar dihargai secara luas setelah ia meninggal.



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Saya menulis artikel dan surat-surat tentang penulisan kreatif hampir setiap hari. Jika ingin menerima surat-surat dan artikel berikutnya via email, sila masukkan email anda di sini.