Kegembiraan di Rumah Cerita

Teman baikku, pecinta kata-kata,

Di surat-surat terdahulu aku sudah menyampaikan tentang mengapa menulis, apa yang membuat tulisanmu indah, dan masih perlukah kita belajar menulis karena sekarang sudah ada AI yang bisa menghasilkan tulisan. Hari ini aku ingin menceritakan kabar baik.

Ini tentang grup Facebook Rumah Cerita. Aku merasa seperti menemukan sesuatu yang lama kucari. Ada suasana seperti kelas di sana, sebab aku menyampaikan materi-materi penulisan, membagikan kiat-kiat sederhana, dan memberi masukan pada cerita-cerita yang ditulis oleh anggota keluarga Rumah Cerita.

Dan ada kegembiraan yang memabukkan ketika membaca respons mereka. Sepertinya aku perlu memakai helm besi untuk menjaga kepalaku tidak membesar.

“Wah 😍. Terima kasih, Pak Sulak 🙏. Saya belajar banyak dari ulasan Bapak. Akan saya perbaiki lagi cerpen saya.”

“Saya terharu tulisan saya diulas oleh Pak AS Laksana. Terima kasih, Pak. Saat ini saya sedang menertawakan tulisan saya sendiri sambil manggut-manggut mengamati setiap ulasan Bapak. ”

“Jujur saya selama ini tidak menemukan guru yang bisa memberikan masukan yang bisa saya pakai untuk lebih baik. Waktu Mas Sulak memberikan masukan, saya senang banget dan banyak belajar dari itu. Semoga cerpen saya bisa lebih baik :)”

Namun ada juga kabar buruknya: Kebanyakan dari mereka memanggilku “Pak”—terdengar seperti sebuah horor, bukan?

*

Yang paling membuatku gembira, grup ini relatif bisa diikuti siapa saja. Tapi aku tidak mau grup ini gratis. Ketika orang tidak mengeluarkan apa pun, mereka tidak akan punya kepedulian, dan mereka juga tidak merasa mendapatkan apa-apa. Jadi, mereka perlu membayar untuk menjadi anggota grup.

Untuk bergabung, orang hanya perlu membeli ebook Cara Menulis Cerpen Secara Cepat dan Mudah. Hanya Rp59 ribu, jumlah yang, kupikir, bisa dijangkau oleh hampir semua orang, di mana pun mereka tinggal, dan sangat murah dibandingkan kelas penulisan mana pun yang pernah mereka ikuti.

Sejujurnya, selama ini aku sering merasa gelisah setiap kali membuka kelas penulisan. Biayanya akan selalu terlalu tinggi bagi sebagian orang. Memang kuota yang kutetapkan selalu terpenuhi setiap kali aku membuka kelas, bahkan sering berlebih, tapi tidak setiap orang bisa ikut. Padahal aku meyakini bahwa menulis adalah kecakapan penting, sesuatu yang seharusnya dipelajari oleh siapa saja, tetapi sekolah tidak pernah benar-benar mengajarkannya.

Grup Rumah Cerita menyingkirkan kegelisahan itu. Akhirnya ada tempat yang setiap orang bisa belajar menulis, jika mereka berminat belajar, dan belajar sampai kapan pun, sampai mereka tidak berminat lagi belajar.

*

Kegembiraan kecil lainnya adalah kami menyelenggarakan Panggung Jumat tiap pekan dan menetapkan tiga cerpen terpilih dari sejumlah cerpen yang ditampilkan oleh para anggota keluarga Rumah Cerita. Acara ini mengilhami gagasan berikutnya.

Sekarang aku sedang memikirkan satu hal baru, yaitu membuat buletin bulanan online. Kubayangkan setiap edisi akan menampilkan tiga cerpen terbaik bulan ini, dipilih dari 12 sampai 15 cerpen terpilih hasil seleksi Panggung Jumat dalam satu bulan.

Akan ada artikel pengantar, wawancara singkat dengan para penulisnya, dan mungkin satu atau dua artikel panjang tentang penulisan. Aku belum tahu kapan edisi pertamanya diluncurkan, namun tampaknya itu urusan yang menarik untuk diwujudkan.

Jika ada waktu, mampirlah ke Rumah Cerita. Bergabunglah sebagai anggota keluarga. Kurasa kamu akan menyukainya.

Salam hangat,
A.S. Laksana

NB. Ini link untuk membeli ebook “Cara Menulis Cerpen secara Cepat & Mudah”. Kusertakan link ini karena untuk menjadi anggota keluarga Rumah Cerita, kamu harus membeli ebook ini. Klik saja https://lynk.id/aslaksana



Komentar

4 responses to “Kegembiraan di Rumah Cerita”

  1. ATHOILLAH Avatar
    ATHOILLAH

    ((Namun ada juga kabar buruknya: Kebanyakan dari mereka memanggilku “Pak”—terdengar seperti sebuah horor, bukan?))

    Itu buruk sekali, Mas. Sampean sudah kehilangan masa kee-mas-an…

    1. aslaksana@gmail.com Avatar

      Ya, saya dikhianati waktu.

  2. Nisrina Avatar
    Nisrina

    Terima kasih, Bung. Saya selalu senang membaca tulisan panjenengan. Tapi ya, itu, musuh saya adalah diri saya sendiri. Kadang dalam sehari itu saya sudah bertekad untuk menulis, eh sampai mata akan tertutup lagi di malam hari, tulisan belum ada yang jadi satupun. 🤦

    Salaam
    Nisrina

  3. Sy Aini Avatar

    Saya akan terus mengikuti ke mana Mas Sulak pergi membuka kelas, mau kelas untuk anak, kelas Menggambar dengan Kalimat, Kelas Menulis Cerpen, walaupun setiap membaca cerpen sendiri lagi-lagi saya selalu menangis saking buruknya. Saya tahu sebabnya, karena sering mangkir dari latihan-latihan yang diberikan Pak Guru, tapi paling tidak, setiap kali mengikuti kelas Mas Sulak, saya terhindar dari tulisan-tulisan buruk. Sering kali itulah yang saya cari, saya selalu merasa terobati setiap kali membaca tulisan–baik ulasan, obituari, komentar, apa pun itu yang ditulis Mas Sulak terasa sebagai obat mujarab kekacauan kalimat-kalimat yang sering saya temui, termasuk kalimat saya sendiri.

    Terima kasih, Pak Guru. Maaf saya selalu mengekor dan berharap ketularan sedikit menulis bagus, padahal persoalan utama saya adalah malas berlatih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Saya menulis artikel dan surat-surat tentang penulisan kreatif hampir setiap hari. Jika ingin menerima surat-surat dan artikel berikutnya via email, sila masukkan email anda di sini.