Ismail Kadare, Menulis tentang Kota Batu

A.S. Laksana

Gjirokastër, yang secara harfiah berarti Kota Batu, adalah kota di selatan Albania yang memang dibangun dari batu, menempel di sisi curam bukit yang di puncaknya berdiri sebuah benteng besar, tegak dan kokoh, seperti pengawal yang mengamati kehidupan di bawah sana. Ia menjadi tameng pelindung, tetapi dalam sebagian riwayatnya, ia juga digunakan sebagai penjara. Dari lembah, yang dinaungi bayangan gelap benteng itu, hiruk pikuk kota tampak jauh. Segala sesuatu terasa tenang dan hening, dan hembusan angin dan gerak kecil daun-daun pada ranting dan cahaya matahari di dasar lembah seperti menyimpan semua cerita tentang kota itu—kota yang pernah menjadi pusat kehidupan pada masa Albania menjadi bagian dari Kekaisaran Turki Usmani.

Ismail Kadare, penulis paling terkenal dari Albania, lahir di kota itu, di sebuah rumah besar dengan banyak lorong gelap dan kamar kosong, yang menurutnya dipenuhi bayangan misteri dan keberadaan makhluk-makhluk tak terlihat. Pikiran Kadare kecil menciptakan seribu satu cerita. “Rumah itulah yang menjadikan saya penulis,” katanya.

Pada usia sembilan tahun, saat Perang Dunia II berkecamuk, Kadare menyaksikan kota kelahirannya diduduki berganti-ganti oleh tentara dari berbagai negara—Italia, Yunani, dan akhirnya Jerman. Mula-mula Mussolini mencaplok Albania dan menguasainya dalam waktu singkat. Tentara Italia meneruskan penyerbuan ke Yunani, yang hanya beberapa kilometer dari Gjirokastër, dan dipukul mundur oleh tentara Yunani yang didukung oleh Royal Air Force Inggris. Pesawat tempur Inggris rajin melakukan serangan bom berat selama enam bulan di banyak bagian Albania. Kota batu diduduki oleh tentara Yunani. Ketika Italia menyerah kepada Sekutu pada September 1943, tentara Jerman yang waktu itu menduduki Yugoslavia dan Yunani mengambil alih seluruh Albania, dan Gjirokastër beralih tangan ke Jerman.

Kadare melihat kecamuk perang dari jendela rumah besarnya dan merasa seperti sedang menonton sandiwara. Ia membaca Macbeth pada umur sebelas dan menyalin lakon Shakespeare yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah itu dengan tulisan tangan; ia tidak tahu bahwa ia bisa membelinya di toko buku.

Novel pertamanya, Gjenerali i ushtrisë së vdekur (The General of the Dead Army), terbit dalam bahasa Albania 1963, ketika ia berumur 27, setelah mengalihkan kesukaannya dari menulis puisi ke menulis cerita. Pengalaman masa kanak-kanaknya menjadi bahan utama untuk novel kelimanya yang terbit pada 1971, Kronikë në gur (Chronicle in Stone), yang kemudian menjadi dasar dari pengembangan cerita-ceritanya yang lain yang jumlahnya sangat banyak.

Narator kanak-kanak dalam novel ini, sosok rekaan yang mencerminkan Kadare kecil dengan semua pengalamannya, menceritakan peristiwa traumatis dalam kehidupan kota melalui mimpinya, penglihatannya yang rabun jauh, dan gambaran-gambaran imajinatif kanak-kanak tentang perempuan, pembunuhan, orang-orang hermafrodit, dan banyak imajinasi lainnya.

*

Albania, bersama Yugoslavia, adalah negara Eropa yang merdeka tanpa bantuan pasukan Sekutu. Ada tiga gerakan perlawanan nasional yang terpisah di Albania selama masa perang. Yang paling tidak signifikan adalah Legaliteti, sebuah gerakan yang dibentuk oleh pendukung Raja Zog yang diasingkan (Zog memerintah dari 1924 hingga 1939). Gerakan ini tidak dianggap penting dalam novel Kadare, hanya dianggap geng gaduh, disebut sebagai “orang-orang Isa Toska”.

Kelompok kedua beranggotakan kalangan non-Komunis, disebut Balli Kombëtar (“Front Nasional”), dan para anggotanya disebut Ballist. Mereka mendapatkan porsi besar dalam Chronicle in Stone, baik sebagai pelaku maupun korban berbagai aksi kekerasan yang irasional. Kelompok perlawanan ketiga dan paling efektif adalah para partisan yang didominasi oleh Partai Komunis Albania. Isa dan Javer, dua pemuda yang dikagumi oleh narator anak dalam buku ini adalah anggota gerakan ini.

Gambaran tentang kota yang terbagi antara Ballist dan Partisan, ditambah dengan “orang-orang Isa Toska” yang tidak signifikan, membawa implikasi jelas bahwa perjuangan untuk mendapatkan kemerdekaan adalah sesuatu yang hampir seperti perang saudara. Kadare menulis sejarah negerinya melalui perspektif kanak-kanak, sebuah alternatif yang tentu saja sangat berbeda dari versi resmi kelahiran negara sosialis Albania.

*

Setelah penarikan tentara Jerman dari Balkan pada 1944, Partisan Komunis yang dipimpin oleh Enver Hoxha menguasai Tirana dan mendirikan Republik Rakyat dan menjadikan diri rezim Stalinist yang paling lama bertahan, paling aneh, dan mungkin paling kejam di Eropa. Hoxha menutup semua tempat ibadah dan melarang upacara-upacara tradisi keagamaan. Orang-orang tua mengajarkan agama kepada anak-anak secara rahasia di dalam rumah. Kadare menggambarkan semua kengerian yang didatangkan oleh rezim dengan cara jenaka.

“Mereka bilang kita harus menutup cerobong asap juga. Kiamat!” kata salah satu karakter dalam Chronicle.

“Mereka juga mengusir sapi dari lapangan dan menutup lapangannya dengan semen … Tapi mereka bilang ada seorang pria bernama Yusuf, pria dengan janggut merah, Yusuf Stalin namanya, yang akan menghancurkan semua kegilaan ini.”

“Apakah dia Muslim?” tanya Nazo.

Xhexho ragu sejenak, lalu berkata dengan yakin, “Ya, dia Muslim.”

“Awal yang baik,” kata Nazo.

Itu cara Kadare bermain-main dengan trauma kotanya. Penggambarannya tentang kehidupan di kota itu juga terdengar kalem saja: Seluruh lingkungan khawatir, itu jelas. Cara jendela terbuka dan tertutup, ketukan di pintu di sana-sini, suara angin kering yang terus-menerus, dan bahkan cara para wanita menggantungkan seprai semuanya tampak menyampaikan kecemasan umum.

*

Hoxha meniru revolusi kebudayaan Mao Zedong dan mewajibkan prosedur introspeksi diri. Pada masa ini, Ismail Kadare menerbitkan buku puisi Red Pashas, dan berkat buku itu ia dibuang di desa Berat, pada pertengahan 1970-an. Dan ia terus menulis; ia seperti tidak bisa berhenti menulis.

Chronicle in Stone adalah novel yang terus tumbuh. Kadare mengawalinya dengan cerita pendek “Pesawat Besar”, salah satu dari beberapa cerita awalnya. Cerpen itu terbit dalam jurnal sastra Nëntori pada 1962. Keterpesonaan kanak-kanak kepada pesawat terbang dalam cerita ini sangat mirip dengan adegan anak-anak melihat pesawat dalam novel J.G. Ballard, Empire of the Sun (1984), yang menjadi populer setelah Steven Spielberg memfilmkannya.

Bersama dengan lebih banyak anekdot tentang masa kecilnya dan distorsi kanak-kanaknya dalam memahami dunia dan kata-kata, Kadare mengolah kembali “Pesawat Besar” menjadi cerita yang lebih panjang tentang Gjirokastër dalam cerita “Kota di Selatan”, yang muncul di sebuah majalah pada 1967. Baru pada 1971, versi pertama Chronicle terbit. Kadare memperluas dan mengolah kembali semua bahan dan menyusun ulang semua cerita menjadi novel.

Namun, itu hanya permulaan, sebab Kadare adalah penulis yang obsesif dalam mengolah kembali karyanya sendiri. Chronicle terbit dalam beberapa versi di Albania, dan masing-masing versi menambahkan perkembangan, besar atau kecil, dari versi sebelumnya.

Karyanya mulai dikenal luas melalui versi terjemahan Prancis novel pertamanya, yang diterbitkan oleh Fayard pada 1971 dengan judul Le Général de l’armée morte. Penerbit yang sama menerbitkan lagi terjemahan Chronicle pada 1981.

Pada 1990, Kadare mencari suaka politik di Prancis untuk mendapatkan kebebasan yang lebih besar dalam menulis. Karya-karya Kadare sering kali dibandingkan dengan karya Kafka, terutama dalam penggambaran absurditas birokrasi dan penindasan individu oleh negara. Dengan gaya narasi yang sering menggabungkan realisme dengan elemen-elemen yang surreal dan fantastis, Kadare menciptakan suara sastra yang unik dan menarik yang memikat pembaca dan kritikus.

Pada 1996, ia diangkat menjadi anggota seumur hidup Akademi Ilmu Moral dan Politik Prancis (Académie des Sciences Morales et Politiques), mengisi kursi kosong setelah meninggalnya filsuf Karl Popper. Sejak awal 1992, setelah ia dianugerahi penghargaan sastra “Prix mondial Cino Del Duca” di Prancis, ia terus menerima penghargaan-penghargaan sastra, termasuk “Man Booker International Prize” pada 2005, penghargaan pertama yang diberikan oleh Inggris untuk karyanya, sampai yang terakhir adalah “America Award in Literature” (2023) untuk kontribusi seumur hidup dalam penulisan internasional.

Surat kabar The Independent di London menyebut Kadare sering dibanding-bandingkan dengan Gogol, Kafka, dan Orwell, tetapi “suara Kadare orisinal; ia universal namun sangat berakar di tanah kelahirannya.”

Ia mencintai kota kelahirannya, dan itu sebabnya kisah tentang orang-orang di kotanya seperti tidak habis-habis. Pada 1997, penerbit Fayard mengeluarkan edisi Karya Lengkap Kadare. Dalam versi ini, Kadare membuat banyak perubahan terhadap Chronicle. Beberapa bagian dialog diperketat, yang lain diperluas; beberapa bagian sejarah dan politik dipotong. Ia juga menambahkan percakapan di antara beberapa wanita tua aneh di kota. Tetapi bahkan versi definitif ini pun tampaknya bukan akhir cerita tentang Kota Batu.

Pada 2004, saat menghabiskan sebulan residensinya di di Bard College, New York, Kadare menulis cerita pendek yang sepenuhnya baru “A Climate of Lunacy” yang berlatar Gjirokastër selama masa kecilnya dan memperkenalkan lebih banyak karakter aneh dan menghibur dalam lingkaran keluarga, yang belum kita temui dalam “Chronicle in Stone” yang ia tulis empat puluh tahun sebelumnya.

Ismail Kadare meninggal di usia 88 pada 1 Juli 2024. Secara keseluruhan ia menerbitkan 76 buku, yang terbagi dalam 36 novel dan novela, 1 naskah drama, 1 skenario film, 9 kumpulan puisi, 21 kumpulan esai, dan 8 kumpulan cerita pendek.[]



Komentar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


Saya menulis artikel dan surat-surat tentang penulisan kreatif hampir setiap hari. Jika ingin menerima surat-surat dan artikel berikutnya via email, sila masukkan email anda di sini.